Yoo Haloo...
Kali ini saya akan membahas perangkat Android lipat untuk bermain game, yaitu Retroid Pocket Flip. Sesuai dengan namanya, jadi ini tuh sebenarnya console game retro handheld yang menggunakan OS Android, dan berbeda dari sebelumnya yang pernah saya bahas, yang flip ini speknya lebih tinggi. Saya membeli produk ini lewat shoppink dan untuk harganya sekarang sekitar 2,7 jutaan, sudah lumayan turun dari awal dijual diIndonesia. Untuk kelengkapannya saya mendapatkan unit console game berwarna indigo jadi warnanya itu ungu yang ke biru-biruan dengan tekstur doff, seperti Gamecube, jadi kelihatan lebih retro. Lalu saya mendapatkan semacam kertas tebal berisi informasi dari perangkatnya, dan kabel usb type-c yang dalamnya berwarna ungu.
Untuk dibagian depan ada tulisan retroid yang diukir, lalu dibagian sisi kanan ada tombol pengatur volume, dibagian sisi bawah ada lubang jack audio, tombol power dan microphone. Lalu dibagian sisi kiri ada slot untuk micro sd, dan ini tidak dikasih dari bawaannya. Untuk dibagian sisi atas ada tombol L1-R1, L2-R2, 2 tombol programable, lubang micro hdmi dan usb type-c. Lalu dibagian bawah ada 2 lubang speaker dan ada 2 lubang untuk keluar masuk udara, jadi Retroid Pocket Flip ini punya aktif cooling, ada kipasnya. Nah kalau Retroid Pocket Flip dibuka, didalamnya terdapat layar berukuran 4,7inch, ada tombol-tombol dpad, X-Y-A-B, analog kanan dan kiri, tombol start dan select.
Untuk flipnya dia kaku, jadi bisa ditekuk bebas, tapi kalau dibuka maksimal hanya sekitar 150 derajat. Kalau secara tampilannya sih simpel ya, tapi menurut saya keren. Tampilan stoknya seperti layaknya HP atau Tablet Android, ada beberapa ikon aplikasi, status bar, action bar, dan navigasinya yang bisa digunakan dengan tombol maupun touchscreen. Oh iya untuk playstore atau google servicenya sudah ada, tapi memang minim banget aplikasi rombongan googlenya, tapi kalau mau download sendiri juga masih bisa.
Btw sudah banyak banget aplikasi emulatornya, karena ketika settup saya pilih semua pilihan emulatornya. Walaupun emulatornya banyak, tapi ini masih kosongan semua loh, tidak ada tuh file rom game, bios ataupun corenya, jadi harus download dan masukin sendiri. Emang ribet sih retroid ini tidak bisa langsung main, macam anbernic, powkiddy, dan sebagainya.
OS Android yang digunakan Retroid Pocket Flip yaitu Android 11 dengan patch keamanan 5 Juli 2022. Untuk storage atau penyimpanan internalnya total 128GB, sudah terpakai sekitar 14GB dan sisanya sekitar 113GB. Kalau untuk RAMnya total 4GB, dan bebasnya sekitar 1,9GB. Chipset yang digunakan Retroid Pocket Flip yaitu UNISOC T618, Octacore upto 2Ghz, jalan di 64bit, GPUnya Mali G52, 60 Hz, dan baterainya berkapasitas 5000 mAh. Saya sudah coba cek sensornya, untuk sensor cahaya tidak ada jadi tidak bisa autobrighntess, tapi lumayan ada gyroscopenya. Lalu saya coba benchmark menggunakan antutu dapat score sekitar 290 ribuan, dan untuk storagenya hanya dapat scroe 11 ribuan dengan spead readnya 297 MB/s dan writenya 232 MB/s, ya maklum saja masih menggunakan EMMC.
Tapi memang secara keseluruhan dibanding console Android yang pernah saya coba, Retroid Pocket Flip ini speknya lebih tinggi, dan mirip-mirip dengan speknya Retroid Pocket 3+ dan anbernic RG505, tapi punya formfactor atau design yang berbeda yaitu model clamshell atau flip. Saya sudah coba untuk main game PSP, menggunakan settingan bawaan dengan 2x resolusi PSP. Ketika saya memainkan gamenya masih cukup lancar, terkadang hanya saja ada stutering tapi tidak begitu mengganggu, kalau mau lebih lancar tinggal ubah saja resolusinya menjadi 1x PSP. Saya coba lagi untuk main Gamecube sebenarnya lancar, tapi fpsnya kadang tidak stabil dibeberapa kondisi. Sedangkan untuk Nintendo Wii, ini kebalikannya dari Gamecube, lancarnya yang kadang-kadang. Btw saya menggunakan emulator Dolphine for handheld base MMJR2 yang sudah dimaksimalkan dari bawaannya. Saya juga coba untuk main game PS2 menggunakan Aether SX2, dengan settingan bawaan ternyata masih tidak stabil juga fpsnya. Kalau mau lebih stabil bisa ubah saja menjadi 0,75 dari resolusi PS2, memang gambarnya jadi lebih burik dan itupun tidak menjamin akan lancar terus ya, tapi setidaknya masih lebih mending.
Nah saya coba lagi untuk yang console handheld yaitu Nintendo 3DS menggunakan Citra, untuk performanya beberapa game yang mempunyai compatibilitas great sudah lumayan lancar, paling ada sedikit stutering, dan kalau game yang lumayan berat masih framedrop. Saya juga coba untuk main game PS Vita menggunakan emulator Vita3K, walaupun belum stabil banget tapi ternyata bisa saya coba game yang statusnya playable, memang bisa dimainkan tetapi masih framedrop. Kalau untuk game-game retro yang masih tergolong ringan macam PS1, Gameboy, Sega, Snes, ya termasuk masih lancar-lancar saja. Jadi bisa dibilang untuk console dibawah Gamecube masih bisa dimainkan dengan lancar di Retroid Pocket Flip ini. Namun kalau sudah diatasnya kurang memuaskan, bahkan tidak bisa dimainkan sama sekali macam Nintendo Switch atau yang sudah saya coba.
Jujur saja dari performanya memang belum bisa menjalankan beberapa emulator dengan lancar, khususnya untuk emulator console yang berat. Jadi walaupun dia menggunakan chipset yang terbilang tinggi untuk retro console game dan RAM yang besar, tetap masih ada batasannya. Karena sistem yang digunakan juga Android dan game yang dijalankan menggunakan emulator, jadi bukan native dan tidak ada racikan khusus layaknya console game sebenarnya. Menurut saya ya tidak salah sih kalau misalnya nanti ada yang membanding-bandingkan dengan HP spek sekelas ini, karena ya dari sistem dan spek hardwarenya memang tidak khusus. Tapi yaudah anggap saja kita lagi review console game, takutnya nanti ada yang protes.
Penggunaan sistem Android walaupun memang membutuhkan resource yang banyak, tetapi jadi lebih banyak juga hal yang bisa dilakukan, contohnya lebih banyak pilihan emulator, bisa menggunakan aksesoris tambahan macam tws atau gamepad bluetooth, dan pastinya bisa install aplikasi atau main game-game Android, enaknya lagi untuk Retroid itu memberikan update secara OTA, pokoknya hampir semua fitur Android bisalah dilakukan disini.
Untuk main game Android menengah kebawah menurut saya masih cukup playable, dan tombol-tombolnya bisa digunakan kalau gamenya support, bahkan kalau tidak support pun masih bisa, karena ada fitur screen maping, jadi kita bisa mapping tombol-tombol divirtual buttonnya. Walaupun memang tidak semua game Android enak menggunakan tombol, cuma ribet juga nih kalau menggunakan touchscreen dengan body seperti ini. Andaikan ada tombol tambahan untuk home dan recent app sepertinya akan lebih enak, supaya ketika sudah posisi enak ditombol tidak harus swipe layar lagi.
Untuk tombol-tombolnya ini feelnya terasa enak, terasa empuk tapi ada juga yang clicky ditombol start, select, L1-R1, dan progaramable, sedangkan untuk tombol L2-R2 nya sudah trigger gitu ya. Nah mungkin sedikit butuh penyesuaian nih dianalog yang modelnya slider mirip seperi di 3DS, ini juga ada tombol L3-R3 nya, cuma ditekannya harus dalam posisi lurus. Adanya tambahan tombol M1-M2 juga bisa dicustom, tinggal mapping saja diemulatornya.
Btw untuk layarnya saya rasa masih kelihatan oke dari warna dan sudut pandangnya, dan sudah terasa terang banget walaupun diset brightness terendah, hanya saja bezel hitam dikiri dan kanannya masih terasa tebal. Oh iya karena ada port micro hdmi, jadi kita bisa hubungkan ke TV atau monitor, tinggal menggunakan kabel hdmi dan converter micro hdmi nya, kemudian tinggal dicolok saja.
Nah untuk keluaran suaranya, walaupun sudah stereo tapi kedengerannya seperti biasa saja kualitasnya, tidak begitu spesial. Ngomongin soal suara, untuk kipasnya kalau lagi kerja extra lumayan mengganggu, cukup kencang juga suaranya, walaupun kipasnya ini sebenarnya bisa dimatikan. Oh iya kalau misalnya mesin sudah terasa kepanasan, kadang otomatis bisa restart sendiri loh, jadi agak mengganggu ketika lagi main, apalagi kalau belum disave.
Padahal kalau secara feel genggam saat dimainkan rasanya sudah enak, dan untuk build qualitynya memang bagus, walaupun bahannya plastik masih cukup solid dan tidak ringkih. Namun kalau perangkat modelan flip seperti ini memang khawatir diengselnya itu ya, takut patah atau lama-lama jadi loyo. Untuk baterainya memang awet, screen on time itu bisa dapat sekitar 7 jam, tapi kalau untuk ngechargenya lumayan lama, dari 25% sampai full sekitar 3 jam, dan untuk baterainya sudah tanam. Seperti biasa kalau perangkat dari China yang tidak resmi diIndonesia cukup susah sparepartnya, jadi kalau ada apa-apa, waduh ribet juga nih membetulkannya, kadang garansi toko juga seadanya, jadi ya harus siap dengan resikonya.
Menurut saya Retroid Pocket Flip memang bagus kalau kita menganggapnya sebagai console retro game handheld, senang dengan modelnya, dan tidak mendang-mending dengan harganya. Tapi kalau kita menganggapnya ini device Android Gaming, pasti bakal mikir sekalian beli HP Android saja, karena dari sistem yang tidak beda jauh, bisa untuk main game juga tinggal install emulator dan tambah gamepad, bisa dapat fitur lebih banyak, bahkan spek yang lebih tinggi. Jadi tergantung sudut pandang dan kebutuhan ya, karena setiap orang pasti beda-beda, tinggal disesuaikan saja.
Oke jadi itulah pembahasan untuk perangkat Android lipat untuk bermain game, yaitu Retroid Pocket Flip. Kalau ada pertanyaan atau info tambahan, silahkan komentar ya. Jika masih belum puas membaca artikel ini, silahkan nonton video unboxing dan reviewnya dibawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar